SCENE II :
Peristiwa Rengasdengklok
Babak 1 : Perdebatan
golongan tua dengan golongan muda
Setelah mendengar berita kekalahan Jepang, Chairul Shaleh segera
merencanakanpertemuan dengan anggota golongan muda lainnya untuk membicarakan
masalahproklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini dilangsungkan di Jalan Pegangsaan
TinurNo. 17 Jakarta pukul 20.00 WIB.
Chairul Shaleh :
Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita tentangkekalahan Jepang
?
Wikana : Belum, kawan . Darimana engkau tahu tentang
itu ?
Chairul Shaleh :
Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia
mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan senjata itu.
mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan senjata itu.
Darwis :
Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi vacuum of power ?
Chairul Shaleh : Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian
semua disini untuk membicarakan masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi
ini untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni :
Tepat sekali. Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Wikana dan Chairul
kalian harus pergi ke kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini. Saya dan
bung Darwis akan memerintahkan angota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan
dari Jepang.
Kediaman Soekarno, Jl. Pegangsan Timur No.56 Jakarta Pukul 22.00 WIB.
Terjadi perdebatan serius antara golongan pemuda dengan Soekarno.
Wikana : Kita harus memproklamirkan kemerdekaan, Bung
!
Soekarno :
Ini batang leherku, seretlah aku ke pojok itu sekarang dan potong
leherku malam ini juga ! Kamu tidak perlu menunggu hingga esok hari !
Chairul Shaleh : Tapi ini saat yang tepat, Bung. Jepang sudah
kalah oleh Sekutu dan tak ada kuasa lagi di Negeri ini. Mengapa harus menunggu
? Rakyat sudah banyak menderita akibat penjajahan ini.
Moh. Hatta : Jepang adalah masa silam. Belum lagi kita
harus menghadap Belanda yang hendakkembali berkuasa di negeri ini. Jika saudara
tidak setuju dengan apa yang saya katakan, dan mengira diri saudara telah
sanggup menopang kekuatan sendiri, Mengapa datang pada Soekarno dan memintanya
untuk memproklamirkan kemerdekaan?
Chairul Shaleh : Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk
memerdekakan bangsa ini? Kita bisa, Bung. Kita harus bangkit dan
memproklamirkan kemerdekaan sendiri. Mengapa harus menunggu janji manis itu?
Jepang sendiri bahkan telah kalah dalam “Perang Suci” nya !
Seokarno :
Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik
Jepang! Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan
itu? Apa tindakanmu untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata
terjadi pertumpahan darah? Bagaimana cara kita nanti untuk mempertahankan
kemerdekaan? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan
sendiri.
Wikana :
Tapi semakin cepat kita memproklamirkan kemerdekaan akan semakin cepat
pula kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini.
Inilah yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita, Bung.
Moh. Hatta : Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding
sebentar.
Kemudian Para anggota golongan tua yang berada di kediaman Soekarno
langsung membicarakan permasalahan tersebut.
Moh. Hatta : Bagaimana ini ? para pemuda menuntut untuk
segera memproklamirkan kemerdekaan.
Soekarno :
Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk
mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.
Mr. Soebardjo : Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting
sekarang adalah menghadapi Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di
negeri ini. Selain itu, masalah kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam
sidang PPKI 18 Agustus mendatang.
Moh. Hatta : Lalu bagaimana dengan pendapat golongan muda
? Apa kita abaikan daja ?
Soekarno :
Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu pendek. Kita
harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau tidak bagaimana
nanti jika semuanya berantakan ?
Mr. Soebardjo : Baiklah, Bung. Berarti kita semua sudah
sepakat.
Setelah selesai berunding, para golongan tua segera menemui para anggota
golongan muda yang menunggu di luar ruangan.
Moh. Hatta : Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan
untuk tidak tergesa-gesa mengenai hal proklamasi kemerdekaan. Hal ini masih
akan dibicarakan lagi dalam sidang PPKI.
Babak 2 : Penculikan Soekarno dan Moh. Hatta oleh para
pemuda
Dengan berat hati mendengar keputusan
tersebut, para pemuda pun meninggalkan kediaman Soekarno. Tetapi mereka tidak
putus asa. Mereka pun menyusun strategi bagaimana membujuk Soekarno dan Moh.
Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Akhirnya mereka
memutuskan untuk mengasingkan kedua tokoh itu ke Rengasdengklok agar terhindar
dari desakan pemuda dan pengaruh Jepang di Jakarta.
Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 04.00 WIB, kediaman Soekarno
Chairul Shaleh : Assalammu’alaikum ..
Moh. Hatta : Walaikumsalam. Ada apa saudara datang sepagi
ini ?
Darwis :
Kami bermaksud membawa anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju tempat
pengasingan.
Soekarno : Tempat pengasingan ? apa yang Saudara
maksudkan ?
Chairul Shaleh : Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan
agar terhindar dari ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang.
Moh. Hatta : Baiklah, kami akan ikut.
Darwis :
Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk menjamin
keselamatan mereka.
Soekarno : Baiklah, saya akan mengajak mereka.
Hilangnya Soekarno dan Moh. Hatta secara misterius pagi itu, menimbulkan
kepanikan di kalangan para pemimpin di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui
oleh Mr. Ahmad Soebardjo pukul 08.00 pagi.
Mr. Soebardjo : Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan
Bung hatta?
Wikana : Maaf saya tidak tahu, Bung.
Mr. Soebardjo : Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang,
dan dan aku akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, dan aku
akan menjamin kemerdekaan untuk kalian esok harinya.
Wikana : Apakah anada bersumpah untuk itu?
Mr. Soebardjo : Kau bisa percaya padaku, Nak
Wikana : Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di
Rengasdengklok.
Mr. Soebardjo : (Memanggil seorang anak muda) Nak ! tolong
antarkan kami ke Rengasdengklok.
Mr. Soerbardjo beserta Wikana naik ke mobil kemudian berangkat menuju
Rengasdengklok.
Babak
3 : Perundingan dengan Soekarno di Rengasdengklok
Soekarno : Nah, jelaskan sekarang mengapa saudara
sekalian membawa kami kesini.
Chairul Shaleh : Maafkan kelandangan kami, Bung. Ini demi
keselamatan Anda.
Darwis : Kami ingin membicarakan maslah Proklamasi
kembali.
Moh. Hatta : Bukankah tempo hari sudah kami katakan kepada
kalian, masalah kemerdekaan masih akan dibicarakan dalam sidang PPKI ?
Chairul Shaleh : Memang benar adanya. Tetapi kami semua
berpendapat, Mengapa menunggu untuk dimerdekakan oleh Jepang? Mengapa menunggu
hasil sidang PPKI, kalau kita bisa bergerak dengan kekuatan sendiri? PPKI itu
bentukan Jepang, Bung. Kami ingin memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur
tangan dari Jepang.
Soekarno : Pendapat itu benar. Namun, kita masih terlalu
dini untuk untuk memprokalmirkan kemerdekaan. Selain itu kita belum siap dan
masih membutuhkan bantuan dari Jepang untuk merdeka.
Darwis : Bagaimana bila perkataan Jepang tentang
kemerdekaan bangsa kita hanya janji manis belaka? Apa yang akan Anda lakukan ?
Sukarni : Apakah akan selamanya menunggu janji itu,
bung ? kita harus memproklamasikan kemerdekaan sekarang juga, demi rakyat yang
sudah bertahun-tahun terbelenggu oleh penjajahan di Tanah Air mereka sendiri !
Mereka berhak bebas, dan sekaranglahs saatnya !
Syodanco Singgih : Tenang saudara sekalian. Mari bicarakan
semuanya dengan kepala dingin, tidak perlu ada ketegangan, ok ?
(Syodanco Singgih membawa Soekarno dan Moh. Hatta
menjauh dari perdebatan itu, kemudian mereka berunding)
Syodanco Singgih : Saya mengerti perhitungan anda berdua
mengenai masalah proklamasi ini, kita memang belum mempertimbangkan semuanya
dengan matang. Tapi saya percaya kita dapat bangkit dan memanfaatkan situasi
ini. Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, Bung. Apa yang mereka katakan
benar adanya dan saya mendukung mereka.
Moh. Hatta : Tetapi, apakah kita bisa? Akankah ini semua
dilakukan?
Syodanco Singgih : Tentu mungkin, Asal kita berusaha tentu akan
kita temukan jalan keluarnya, Lagipula, para pemuda di Jakarta sedang menyusun
strategi pertahanan untuk mencegah serangan dari Jepang ataupun sekutu yang tidak
menerima proklamasi bangsa kita.
Soekarno : Baiklah, saya setuju. Kita akan
memproklamasikan kemerdekaan tanpa ada campur tangan Jepang.
Pada pukul
17.30 WIB, rombongan dari Jakarta tiba di Rengasdengklok untuk menjemput
Soekarno dan Moh. Hatta.
Mr. Soebardjo : Syukurlah kalian semua baik-baik saja. Jadi
bagaimana keputusannya?
Moh. Hatta : Kami setuju kemerdekaan akan dilaksanakan
tanpa campur tangan Jepang.
Mr. Soebardjo : Lalu, kapan kita akan melaksanakannya?
Menurut saya, bagaimana jika besok? Pasukan pemuda di jakarta sudah bersiap.
Soekarno : Jika mungkin, kita akan melaksanakannya esok
pagi.
Selesailah Perundingan di Rengasdengklok. Semua anggota golongan tua maupun
muda kembali ke Jakarta untuk membahas lanjut rencana proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945.
Scene III : Rumah Laksamana Maeda (Perumusan Teks
Proklamasi)
Tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00 WIB, rombongan
tiba di Jakarta.
Mr. Soebardjo : Bagaimana kita akan membicarakan naskah
Proklamasi untuk mendeklarasikan kemerdekaan kita ?
Chairul Shaleh : Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung.
Tapi hari sudah malam dan pihak Jepang tidak mungkin mengizinkan kita melakukan
kegiatan sekarang, apalagi jika mereka tahu bahwa kita hendak membicarakan rencana
proklamasi.
Mr. Soebardjo : Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah
perwira Jepang, Laksamana Maeda.
(Rombongan kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda
di Jl. Imam Bonjol No. 1)
Perumusan
Teks Proklamasi dilakukan di rumah makan Maeda. Tiga eksponen pemuda yaitu
Sukarni, Sudiro, dan B.M Diah
menyaksikan Soekarno, Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo membahas perumusan
naskah proklamasi.
Acara
perumusan naskah proklamasi berjalan lancar. Tidak ditemukan kesulitan untuk
menemukan rumusan yang tepat. Sebagai hasil pembicaraan mereka bertiga,
diperolehlah rumusan yang ditulis tangan oleh Soekarno.
Pada
tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, dibacakanlah rumusan naskah proklamasi
untuk pertama kalinya di depan para hadirin yang berada di rumah Maeda yang
langsung disetujui. Namun kemudian timbullah persoalan tentang siapa saja yang
akan menandatangani naskah proklamasi.
Chairul Shaleh : Menurut saya, sebaiknya naskah ini jangan ditandatangani
oleh anggota PPKI.
Mr. Soebardjo : Memang kenapa ? Lantas siapa yang akan
menandatanganinya ?
Chairul Shaleh : PPKI kan lembaga bentukan Jepang. Kita sudah
sepakat tadi untuk melaksanakan proklamasi tanpa campur tangan Jepang.
Mr. Soebardjo : Kau benar, Nak. Bagaimana ini, Bung?
Soekarno : Adakah dari kalian yang punya pendapat untuk
menyelesaikan masalah ini ?
Sukarni : Bagaimana jika naskah ini ditandatangani oleh
hadirin yang datang saat ini ? Seperti Amerika Serikat ketika menandatangani
deklarasinya.
Moh. Hatta : Jangan, kita tidak boleh ,meniru. Kita harus
berbeda dengan Bangsa lain.
Wikana : Lalu bagaimana, Bung Karno ?
Soekarno : Karena ini semua berkat jasa-jasa Indonesia
berarti “Atas nama bangsa Indonesia”.
Sukarni : Saya setuju, dan saya punya usul. Yang
menandatangani teks cukup dua orang saja yaitu Anda dan Bung Hatta sebagai
wakil dari Bangsa Indonesia. Bagaimana?
Soekarno : Usul yang bagus. Bagaimana hadirin ?
Hadirin : Kami setuju !!!
Setelah semuanya setuju, Soekarno memerintahkan Sayuti
Melik untuk mengetik teks proklamasi.
Sayuti Melik pun mengetik teks tersebut. Semua
persiapan proklamasi rampung pada pukul 04.30 WIB. Lalu, semua hadirin pulang
ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira. Kemudian para pemuda
mengirimkan kurir-kurir untuk menyampaikan bahwa saat proklamasi telah tiba.
Mereka juga mengatur pelaksanaan penyiaran berita proklamasi kemerdekaan.
Menyebarkan beberapa pamfleet ke penjuru Jakarta dan sekitarnya. Pengeras suara
diusahakan adanya. Semua dilakukan agar rakyat dapat turut menyaksikan momen
paling berharga untuk Bangsa Indonesia.
Pada saat yang sama, Soekarno dan Ibu Fatmawati sampai
di kediaman mereka dan berbicang sejenak.
Soekarno : Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan
lancar. Teima kasih ibu telah menemani saya disaat-saat yang cukup menguras
pikiran ini.
Ibu Fatmawati : Iya, terimakasih Gusti Allah yang telah
memberikan jalan pada bangsa kita untuk memproklamasikan kemerdekaan. Oh ya
pak, apakah kalian sudah merencanakan bagaimana proklamasi besok akan
berlangsung ?
Soekarno : Sudah, kita akan melaksanakan upacara
bendera, yang nanti akan diiringi lagu Indonesia Raya karya Bung Soepratman.
Ibu Fatmawati : Bukankah kita belum punya bendera ? lantas
bagaimana ?
Soekarno : Ya ampun, Bapak sampai lupa. Bu, kalau
begitu bagaimana jika Ibu saja yang
menjahit bendera ?
Ibu Fatmawati : Tapi ibu tidak punya kain, pak. Kain yang ada
hanya kain merah dan putih. Apa tidak apa-apa ?
Soekarno : Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana.
Yang penting kita sudah berusaha untuk menyediakannya.
Ibu Fatmawati : baiklah, Pak. Dan, ibu punya ide. Kita
namakan saja bendera nya “Sang Saka Merah Putih”. Bagimana ?
Soekarno : Ide yang bagus. Ya, bendera pusaka “Sang
Saka” dan warnanya merah putih, menjadi “Sang Saka Merah Putih”, brilian !
Ibu Fatmawati : Ya sudahlah,
sebaiknya bapak bersiap sana. Menyusun pidato yang nanti akan bapak bacakan.
SCENE IV : Proklamasi Kemerdekaan
Hari Jum’at pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Jl. Pegangsaan
Timur No. 56, dilangsungkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Tokoh-tokoh
pejuang Indonesia telah hadir di lokasi. Diantaranya yaitu Mr. AA. Maramis, HOS
Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, M. Tabrani dll.
Suasana
menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta dipersilahkan maju beberapa langkah
dari tempatnya semula. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang
lantang dan mantap, Soekarno pun membacakan pidato pendahuluan sebelum beliau
membacakan teks proklamasi.
Pidato Soekarno :
Saudara-saudara
sekalian ! saya telah minta saudara hadir disini, untuk menyaksikan peristiwa
maha penting dalam sejarah bangsa kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa
Indonesia telah berjuang untuk merdeka. Bahkan telah beratus-ratus tahun
lamanya, gelombang aksi kita tidak putus dalam berjuang untuk memerdekakan
negeri ini. Kita jatuh bangun untuk menyusun kekuatan untuk menggapai cita-cita
Indonesia bebas dari penjajahan bangsa lain. Semalam, kami para pemuka-pemuka
rakyat Indonesia dari berbagai penjuru bergabung untuk memusyawarahkan dan
permusyawaratan itu seiya-sekata berkata : inilah saatnya bagi kita untuk
mengobarkan api revolusi kemerdekaan Indonesia. Saudara sekalian ! dengan ini
kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan Kemerdekaan bangsa indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo
yang seingkat-singkatnya
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 45
“Atas nama bangsa Indonesia”
Soekarno-Hatta
Kemudian dikibarkanlah bendera Sang
Saka Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Hadirin turut menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia tersebut.